
Padang, 10 September 2025 – Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Andalas menggelar kuliah umum bertajuk “Ketimpangan Berbasis Gender dalam Kebijakan Publik di Indonesia: Antara Religiusitas dan Hak Konstitusional Warga Negara” di Aula Pascasarjana Lantai 3.
Kegiatan ini menghadirkan Dr. Dina Afrianty dari Australian Catholic University sebagai narasumber utama dengan moderator Mhd Fajri, S.IP, MA, dosen Ilmu Politik Unand. Acara turut dihadiri oleh Wakil Dekan 1 FISIP, Dr. Tengku Rika Valentina, MA, Ketua Departemen Ilmu Politik Dr. Zulfadli, M.Si, Ketua Prodi S1 Ilmu Politik Dewi Anggraini, M.Si, serta sejumlah dosen Departemen Ilmu Politik, di antaranya Prof. Dr. Asrinaldi, M.Si, Dr. Doni Hendrik, M.Soc, Sc, Sadri, M.Soc.Sc, Andhik Beni Putra, MA, Dr. Indah Adi Putri, M.IP, dan Billy Febrima Hidayat, M.IP. Sebanyak 120 mahasiswa hadir mengikuti kegiatan ini secara antusias.
Gender sebagai Konstruksi Sosial
Dalam paparannya, Dr. Dina menegaskan bahwa gender tidak hanya dipahami sebagai perbedaan biologis, tetapi lebih pada konstruksi sosial yang membentuk peran, identitas, dan perilaku. Ia menyoroti rendahnya keterwakilan perempuan dalam politik Indonesia meski regulasi telah menetapkan kuota 30 persen.
“Norma budaya, interpretasi agama, hingga kebijakan diskriminatif masih menjadi penghalang besar bagi perempuan dalam mengakses ruang publik,” jelasnya.
Selain itu, beban ganda yang dipikul perempuan baik di ranah domestik maupun publik turut memperkuat ketimpangan.
Disabilitas dan Tantangan Inklusi
Tidak hanya isu gender, Dr. Dina juga menyinggung kondisi penyandang disabilitas yang kerap mengalami diskriminasi berlapis. Menurutnya, disabilitas mencakup ragam kondisi, mulai dari fisik, mental, intelektual, sensorik, hingga penyakit kronis.
“Bahasa dan sikap kita sangat berpengaruh dalam menciptakan inklusi atau eksklusi. Kesetaraan dan inklusi bukan sekadar wacana hak asasi, tetapi juga syarat bagi keadilan sosial, pertumbuhan ekonomi, dan demokrasi yang sehat,” tegasnya.
Suara Mahasiswa: Perspektif Baru tentang Inklusi
Diskusi berlangsung interaktif, terutama saat sesi tanya jawab. Salah satu mahasiswa angkatan 2023, Rahmad, menyampaikan pandangan yang mendapat banyak apresiasi dari peserta:
“Orang disabilitas itu bukan cacat, tapi lingkungannya lah yang membuat dia menjadi cacat.”
Pernyataan tersebut menegaskan pentingnya perubahan perspektif masyarakat terhadap penyandang disabilitas, bahwa hambatan bukan berasal dari individu, melainkan dari lingkungan sosial dan kebijakan publik yang belum inklusif.
Harapan ke Depan
Kuliah umum ini menjadi ruang refleksi bagi civitas akademika Universitas Andalas untuk melihat isu gender dan disabilitas sebagai bagian dari tantangan kebangsaan. Laboratorium Ilmu Politik Unand berharap kegiatan serupa dapat mendorong lahirnya kesadaran kolektif dan langkah nyata dalam memperjuangkan kebijakan publik yang lebih adil serta berpihak pada kelompok rentan.