
Laboratorium Ilmu Politik FISIP Universitas Andalas kembali menyelenggarakan rangkaian diskusi ilmiah dalam Webinar Series ke-12 yang kali ini mengangkat tema “Hak Buruh, Harga Mati: Perlindungan, Penghargaan, dan Partisipasi”. Kegiatan ini berlangsung pada Sabtu, 10 Mei 2025, pukul 09.00 WIB secara daring melalui Zoom Meeting dan live streaming di YouTube Departemen Ilmu Politik UNAND.
Webinar ini diadakan dalam rangka menyambut dan memaknai May Day (Hari Buruh Internasional) sebagai momentum reflektif terhadap kondisi dan perjuangan kelas pekerja di Indonesia. Tidak hanya diikuti oleh mahasiswa Ilmu Politik UNAND, acara ini juga dihadiri oleh mahasiswa lintas universitas, para dosen, aktivis, serta masyarakat umum yang antusias mengikuti diskusi kritis ini.
Hadir sebagai narasumber utama dalam kegiatan ini: Amalinda Savirani – Guru Besar FISIPOL Universitas Gadjah Mada (UGM), yang memaparkan dimensi struktural dan politik representasi buruh dalam sistem demokrasi. Rustam Efendi – Sekretaris Exco Partai Buruh Sumatera Barat, yang menyoroti tantangan aktual buruh di lapangan dan peran partai politik dalam memperjuangkan hak-hak mereka. Dewi Anggraini – Dosen Departemen Ilmu Politik UNAND, yang memberikan perspektif akademik tentang pentingnya keterlibatan buruh dalam proses politik dan kebijakan publik.
Acara ini dibuka secara resmi oleh Zulfadli, selaku Kepala Departemen Ilmu Politik UNAND. Dalam sambutannya, ia menekankan pentingnya memperkuat kajian politik buruh di lingkungan akademik. Menurutnya, buruh sebagai aktor penting dalam dinamika sosial-ekonomi dan politik nasional masih kerap luput dari perhatian riset ilmiah di kampus. Dengan terselenggaranya diskusi ini, diharapkan tumbuh kesadaran kolektif untuk memperdalam studi tentang perburuhan, tidak hanya sebagai objek advokasi, tetapi juga sebagai subjek politik yang berdaulat.
“Kajian mengenai politik buruh, kebijakan buruh dan perlindungan buruh belum banyak dikaji dan dikembangkan terutama di Depertemen Ilmu Politik Unand. Padahal topik ini selalu relevan dan mewarnai dinamika politik di Indonesia. Dengan webinar series 12 ini di harapakan kajian ini dapat menambah diskursus untuk mengembangkan studi tentang politik buruh,” ujar Zulfadli.
Amalinda Savirani Guru Besar FISIPOL Universitas Gadjah Mada sebagai narasumber pertama, membuka diskusi dengan pemaparan konseptual yang tajam mengenai posisi buruh dalam sistem ekonomi-politik yang lebih luas. Ia mengulas secara mendalam tentang hak-hak buruh dalam kaitannya dengan enam pilar utama sistem kapitalisme, yakni: akumulasi modal, fleksibilitas tenaga kerja, hubungan produksi, struktur kepemilikan, peran negara, dan pasar global.
“Prinsip-prinsip kapitalisme sangat tidak mendukung bagi pemenuhan hak pekerja, padahal negara atau sektor kapitalisme itu membutuhkan kita sebagai pekerja.Melindungi hak buruh itu merupakan kepentingan kapitalisme untuk memastikan roda ekonomi berputar. Kondisi saat ini hak pekerja dipretelin, upah tidak dijamin, pekerja muda tidak di support.” Ujar Amalinda
Narasumber kedua, Rustam Efendi, selaku Sekretaris Exco Partai Buruh Sumatera Barat, memaparkan secara historis dan politis mengenai perkembangan gerakan buruh dan pendirian Partai Buruh di Indonesia. Ia menjelaskan bahwa lahirnya Partai Buruh tidak dapat dilepaskan dari dinamika panjang perjuangan kelas pekerja yang selama ini terpinggirkan dalam proses politik formal. Menyampaikan, “Gerakan Buruh menyadari kebijakan politik itu berada di levelnya sosiopolitik, artinya harus melalui sebuah partai sehingga bisa bertarung di DPR nantinya untuk perubahan politik. Maka diperlukan kesadaran sosiopolitik, sosioekonomoi dan sosiobudaya. Kita mulai dari sosiobudaya pergerakan lewat ormas, mulai dari demo maupun hearing telah dilakukan tetapi perubahan tidak pernah terjadi, sehingga muncul kesadaran sosiopolitik bahwa perubahan harus dilakukan melalui partai politik untuk menyuarakan hak buruh sepenuhnya.” Kata rustam
Pernyataan ini menekankan bahwa transformasi gerakan buruh dari akar rumput menuju arena parlementer adalah sebuah keniscayaan, jika hak-hak buruh ingin diperjuangkan secara menyeluruh. Rustam menutup paparannya dengan menyerukan pentingnya penyadaran kolektif di kalangan buruh akan urgensi keterlibatan dalam sistem politik elektoral sebagai jalan untuk membangun kekuatan perubahan dari dalam sistem.
Sementara itu, narasumber ketiga, Dewi Anggraini Dosen Depertemen Ilmu Politik UNAND menjelaskan bagaimana hak buruh di era digitalisasi menjadi tantangan atau peluang.
“Di era digitalisasi peluang-peluang pekerjaan itu lahir tapi tidak sedikit juga kita lihat pekerjaan itu banyak yang hilang dengan adanya era digitaliasasi ini. Dalam era digitaliasasi ini tidak mungkin rasanya tidak masuk pada arus perubahan, maka dari itu kita harus beradaptasi dengan perubahan-perubahan di era digital ini.” Ujar Dewi
Setelah seluruh narasumber menyampaikan materinya secara mendalam, kegiatan dilanjutkan dengan sesi diskusi yang hangat dan interaktif. Antusiasme peserta terlihat jelas dari beragam pertanyaan dan tanggapan kritis yang dilontarkan, menandakan keterlibatan aktif dalam memahami dan mengeksplorasi isu-isu perburuhan dari berbagai perspektif. Diskusi ini tidak hanya memperluas wawasan, tetapi juga membuka ruang refleksi bersama mengenai urgensi perlindungan dan partisipasi buruh dalam sistem sosial dan politik kita hari ini.
Pada kesimpulannya, Webinar ini menegaskan bahwa perjuangan buruh harus dibaca dalam kerangka ekonomi-politik yang luas. Amalinda Savirani menunjukkan bagaimana hak buruh terjerat dalam enam pilar kapitalisme global, menuntut analisis sistemik dan kritis. Rustam Efendi menekankan pentingnya transformasi gerakan buruh dari aksi kultural menuju kesadaran politik formal melalui pendirian partai, sebagai jalan untuk merebut ruang legislasi. Sementara Dewi Anggraini menggarisbawahi tantangan digitalisasi, yang menuntut buruh tak hanya bertahan, tapi mampu beradaptasi dengan lanskap kerja yang terus berubah.